Senin, 02 Desember 2013

EMPAT SEKAWAN

Karya Perdana (MS™ ©2011)

21 September 2012 pukul 20:54

    Sisa lantunan adzan Maghrib masih terdengar ditelinga, namun keempat sahabat yaitu Bejo, Bakrie, Rijal dan Kosim masih mengayuh sepeda di tengah perjalanan pulang. Seharian mereka disibukkan dengan tugas-tugas sekolah, salah satunya mengunjungi sebuah instansi ternama di Kota Tegal. Ditengah perjalanan, Bakrie menyampaikan usul untuk singgah di masjid guna melaksanakan sholat. “Bro, sholat dulu, yok! Sambil ngaso sebentar di masjid itu!”. Sambil menunjuk masjid yang cukup megah Bakrie menyampaikan usulnya. “Boleh tuh, kebetulan kita juga capek”. Ujar Kosim merespon. Mereka langsung memarkirkan sepeda mereka dan segera menuju ke tempat wudlu (pria tentunya). “Sehabis sholat jangan lupa berdoa ya, Jo”. Tegur Rijal kepada Bejo. “Ya pasti dong”. Jawab Bejo singkat. “Benar itu, sekalian doa supaya kamu diterima jadi pacarnya Siti, hahaha”. Ungkap Bakrie menyindir Bejo. Mendengar itu, Bejo hanya senyum-senyum tidak jelas, entah malu atau pura-pura sok kalem. Memang, Bejo mempunyai rencana untuk menyatakan cinta (bahasa kerennya ‘nembak’) Siti, salah seorang murid perempuan idaman di sekolah mereka. Seusai melaksanakan sholat, mereka bergegas untuk melanjutkan perjalanan pulang yang sempat berhenti karena terdengar panggilan sholat.

    Tidak memakan waktu yang lama, mereka pun sampai dirumah masing-masing. Tentu mereka segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan.
“Huwaah… akhirnya bisa berbaring di kasur juga”. Suara Bejo sambil merebahkan raganya di kasur springbad kesayangannya. Tak lama kemudian handphone Bejo berdering pertanda ada pesan yang masuk ke hp bercasing biru mengkilap itu. Pesan itu datang dari ketiga kawannya yang berisi satu tema yang intinya sama yaitu memberi semangat kepada Bejo agar optimis cintanya bakal diterima Siti esok hari. Hanya senyum kecil yang dapat diciptakan oleh raut wajahnya. Tidak lama kemudian Bejo tertidur dengan pulasnya.

    Pagi segera hadir, jam beker yang diletakkan di meja dekat kasur pemberian salah satu teman SDnya berdering menunjukkan pukul 05.15 WIB. Seperti biasa, Bejo membuka hpnya untuk sekedar melihat pesan yang masuk. Di antara sekian pesan terselip tiga pesan yang menyuruhnya untuk segera bangun. Memang sudah kebiasaan bagi Bakrie, Kosim, dan Rijal membangunkan Bejo melalui pesan singkat. Seusai sholat Subuh, Bejo pun bersiap-siap untuk bersekolah. Keempat sahabat yang berstatus kelas VIII di SMP Negeri ini memang selalu bersama-sama, termasuk jika ke sekolah. Mereka pun mengikuti pelajaran di kelas dengan seksama.

    Jam dinding yang terpampang diatas papan tulis sudah membentuk sudut siku-siku dengan ujung sudut berada di sebelah kanan (pertanda sudah jam 09.00 WIB). Waktu istirahat tiba. “Jo, kita ke kantin sekarang, barangkali Siti ada di sana”. Ajak Rijal. Mereka segera ke kantin. Benar saja, seorang cewek cantik sedang duduk manis di bangku pojok kantin.
Dengan penuh keberanian Bejo segera menghampiri Siti. Dengan asyiknya mereka mengobrol, kali ini tanpa ketiga sahabat karibnya. Bel berbunyi waktunya kembali ke kelas. “Jo, gimana? Diterima gak?. Tanya Kosim kepada Bejo. “Terima dong”, jawab Bejo sepele. “Wah, makan-makan nih”. Sambung Bakrie. “Kalau ada uang, ya”. Kata Bejo. “Kita tunggu”. Suara Rijal yang dari tadi diam saja.

    Hari terus berlalu, nampaknya Bejo dan Siti terlarut dalam ikatan ‘Cinta Monyet’nya itu. Namun ada yang aneh, tiap mereka bercengkrama, ketiga teman Bejo selalu ada disekeliling mereka. Tetapi Siti pun tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka berlima saling bercerita satu sama lain. Mungkin pada saat itu Siti berfikir bahwa yang namanya sahabat tidak mudah dipisahkan. Sekali mereka mencetuskan diri mereka sebagai EMPAT SEKAWAN, maka tidak dapat berubah hanya karena kondisi, menjadi tiga serangkai atau bahkan dua sejoli, mereka tetap menjadi EMPAT SEKAWAN seutuhnya.
         TAMAT

Orang di Belakang Layar

Cerpen
Jum'at, 29 November 2013 21:08 wib (okezone.com)

(Ilustrasi: Feri Usmawan/Okezone) (Ilustrasi: Feri Usmawan/Okezone)
 
KEHIDUPAN adalah panggung sandiwara yang skenarionya dibuat oleh Allah SWT. Hidup terkadang susah, namun terkadang juga mudah. Semua adalah Allah SWT yang mengatur, karena kita hanyalah alat untuk mewujudkan rencana-Nya.

Peranku dalam hidup ini adalah membantu Allah mengatur pementasan drama di belakang layar. Aku hanya sabar, meski orang tak banyak mengenalku dibalik kesuksesan yang kucapai. Semuanya Aku bangun satu per satu. Seperti kata Bill Gates pembuat Window "You can do it bit by bit." Meski terkadang Aku selalu ingin cepat dan tepat. Allah mempunyai rencana lain untukku, yang membuatku lebih hebat dan dikenal.

Aku pintar dalam pelajaran, namun aku tak punya teman. Aku tidak bisa tertawa lepas dan mempunyai warna kehidupan yang mencolok seperti teman-teman yang lain. Mereka terkadang hanya membutuhkan Aku saat pelajaran, usai pelajaran mereka tidak tegur sapa lagi denganku. Aku hanya bisa sabar. Aku yakin yang terbaik dari dari Allah.

Suatu hari, ada seleksi siswa berprestasi di tingkat kabupaten. Aku terpilih menjadi wakil sekolahku. Belum dikirim pada hari seleksi siswa berprestasi, Aku sudah di-bully dengan teman-teman hampir satu sekolah. Aku dikatakan sombong, padahal sebenarnya Aku tidak berbuat apa-apa.

Saat dikirim pada seleski Siswa Berprestasi, Aku sendiri karena satu sekolah hanya mengirimkan satu siswa. Aku bersama guruku sampai di sana pagi dan sepi, padahal seharusnya pembukaan dimulai. Aku melihat seorang anak laki-laki sendirian di sana duduk termangu sambil memegang Buku Conversation. Aku tahu dia pasti sedang belajar untuk persiapan wawancara Bahasa Inggris. Karena jurinya adalah Guru Bahasa Inggris di SMA favorit.

Saat Aku melintas di depannya, dia melihatku. Saat Aku duduk dibangku yang jauh darinya, dia juga melihatku. Aku tidak menghiraukannya.

Pembukaan seleksi Siswa Berprestasi dibuka oleh pembawa acara yang dilanjutkan oleh pembukaan-pembukaan dari dinas pendidikan kabupaten, dinas pendidikan pronvisi, dan ditutup oleh lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh seluruh peserta seleksi Siswa Berprestasi dan para juri.

Saat tes tulis berlangsung, Aku duduk di sebelah anak laki-laki tadi, namun dia pindah. Setelah itu dilanjutkan dengan kesenian dan keterampilan, wawancara kepemimpinan, dan wawancara Bahasa Inggris. Alhamdulilah, Aku bisa semua. Pulangnya, Aku diberi uang saku oleh sekolah yang dititipkan kepada guru pendampingku, setelah itu Aku diajak makan siang dan diantar pulang.

Beberapa hari kemudian, pengumuman pun disampaikan. Aku juara 1 se-kabupaten. Alhamdulilah, Aku langsung sujud syukur mendengarkan hal itu. Aku akan dikirim ke Probolinggo untuk seleksi mewakili kabupaten.
Namun, dibalik kabar bahagia itu, bully-an teman-teman menjadi-jadi. Aku dibuat Menangis sampai air mataku kering. Aku tidak tahu mengapa mereka semua sangat membenciku.

Keesokan harinya, Aku mendengar sekolah akan merayakan ulang tahun, teman-teman Mulai menunjukkan aksinya dengan berpatisipasi dalam ulang tahun itu. Aku memikirkan yang akhirnya berbuah akal.

Ulang tahun sekolah berlangsung meriah, ada pertunjukkan dan bazar. Sekolah lain pun diundang untuk datang. Namun, yang ditunggu-tunggu adalah sebuah drama di atas panggung. Mengisahkan sebuah anak perempuan bernama May yang hidup disebuah Negeri Bayangan yang dipenuhi dengan bayangannya sendiri, dia tidak punya teman. Dalam bayangannya pun dia di-bully oleh bayangan wujudnya sangat jelek. Anak perempuan itu berusaha dengan kehidupan yang dihadapinya dengan baik dan akhirnya dia kembali sukses di dunia nyata.

Penonton meneteskan air matanya karena terharu. Usai drama itu, pembawa acara mengumumkan siapa orang dibalik layar yang menciptakan drama yang bagus itu. Orang dibalik layar itu adalah Aku, Lyana Berly. Pemain drama dan para penonton terkejut dan hatinya tersentuh. Mereka masih tidak percaya dan bersorak bully.

Namun, anak laki-laki yang Aku lihat pada seleksi siswa berprestasi itu naik ke panggung dan meyakinkan penonton bahwa Aku penciptanya dengan kata-katanya sendiri. Aku tidak percaya kalau laki-laki yang tidak Aku kenal membela Aku. Keyakinannya yang teguh membuat penonton percaya kalau Aku penciptanya. Usai itu, Aku mengucapkan terima kasih atas bantuan dari laki-laki itu. Dia berkata kalau dia bangga padaku.
"Aku bangga pada kamu Lyana, kamu kuat dan pintar. Kamu bertahan sama Mereka yang pembenci. Kamu pintar melakukan semua ini. " Kata dia

Kata-kata itu membuat Aku bergetar dan merasa lebih kuat dan pintar. Aku baru mendengarkan kata-kata itu dari seorang teman. "Jangan pernah sepelekan orang di belakang layar, mereka adalah orang-orang hebat yang tidak mau menunjukkan kehebatannya, namun melakukan dan membuktikan kehebatannya."

Karya: Mita Berliana

Penulis bisa dihubungi di alamat email: lyana.berly@yahoo.com
 
(Bagi Anda yang memiliki cerita pendek dan bersedia dipublikasikan, silakan kirim ke alamat email: news@okezone.com

Selasa, 26 November 2013

Optimalisasi Sistem Pendidikan (Perubahan untuk Indonesia) : by MS

26 September 2013 pukul 11:56
 
Pendidikan merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan masyarakat. Dengan pendidikan, seseorang dapat meraih posisi (prestise) dalam struktur masyarakat. Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang masih dikategorikan sebagai “negara berkembang”, dengan angka pertumbuhan penduduk yang kian meningkat tiap tahunnya, tetapi tidak diselingi dengan peningkatan kualitas pendidikan yang tinggi. Hal ini tentu menjadi topik menarik bagi kita seorang yang menyandang status “mahasiswa” bidang ilmu-ilmu sosial dan politik.

Dalam hal ini, saya akan memaparkan suatu opini yang mungkin dapat menjadi masukan kecil bagi Kementerian Pendidikan Republik  Indonesia. Mengenai sistem pendidikan di Indonesia, kita tahu bahwa kurikulum yang dicanangkan oleh pemerintah tiap tahunnya pasti memiliki perbedaan yang tidak signifikan, hanya ada beberapa unsur saja yang direvisi dalam sebuah pergantian kurikulum. Misalnya, pergantian pada kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) pada tahun 2004 menuju ke KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), untuk tingkat Sekolah Dasar, perubahan yang berarti hanya pada pemecahan mata pelajaran PKPS (Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial) menjadi PKn dan IPS seperti pada model kurikulum tahun 1994.

Dari fenomena diatas, kita tahu bahwa pada dasarnya sistem pendidikan di Indonesia itu seperti sebuah lingkaran atau “siklus” saja, dimana model sebuah kurikulum tersebut akan kembali lagi pada tahun-tahun mendatang. Hal tersebut tentu tidak akan memberi pengaruh besar terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia, sedangkan potensi yang ada di dalam setiap individu sukar dikembangkan, karena sistem yang dianggap terlalu monoton hanya akan membuat kualitas pendidikan bangsa ini tidak bergerak lebih maju (stagnan, tidak dinamis).

Berbeda halnya jika sistem pendidikan Indonesia mengacu pada potensi setiap individu. Artinya, setiap individu dapat dengan mudah mengembangkan potensi yang ada dalam  dirinya. Untuk tingkat Sekolah Dasar mungkin masih dapat dilaksanakan seperti pada kurikulum-kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia. Namun pada saat seseorang memasuki jenjang Menengah Pertama, seyogyanya mereka telah belajar dengan cara menempatkan dirinya pada kelas-kelas yang cocok dengan potensi, minat, dan bakatnya. Misalnya seseorang yang berbakat di bidang sastra, mereka memasuki kelas bahasa dan sastra. Kemudian seseorang yang memiliki bakat eksak, mereka memasuki kelas-kelas yang berbasis eksakta. Dan banyak lagi bakat-bakat lain dan kelas khusus untuk mereka. Dengan cara seperti itu, seseorang atau bahkan semua generasi penerus bangsa ini akan berkembang menjadi sosok-sosok besar yang dapat membangun negeri ini, notabene hampir semua kekayaan bangsa Indonesia dikelola oleh orang-orang dari bangsa lain. Tentu ini bukan hal yang sepele bagi kelangsungan kehidupan, kesejahtareaan, dan kemakmuran bangsa ini. Dan kita sebagai generasi penerus bangsa, mari kita optimalkan potensi yang ada dalam diri kita untuk membangun bumi pertiwi tercinta ini menjadi Indonesia yang sejahtera, makmur dan sentosa, serta dapat bersaing dengan bangsa-bangsa Adidaya lainnya.

©2013