Senin, 02 Desember 2013

Orang di Belakang Layar

Cerpen
Jum'at, 29 November 2013 21:08 wib (okezone.com)

(Ilustrasi: Feri Usmawan/Okezone) (Ilustrasi: Feri Usmawan/Okezone)
 
KEHIDUPAN adalah panggung sandiwara yang skenarionya dibuat oleh Allah SWT. Hidup terkadang susah, namun terkadang juga mudah. Semua adalah Allah SWT yang mengatur, karena kita hanyalah alat untuk mewujudkan rencana-Nya.

Peranku dalam hidup ini adalah membantu Allah mengatur pementasan drama di belakang layar. Aku hanya sabar, meski orang tak banyak mengenalku dibalik kesuksesan yang kucapai. Semuanya Aku bangun satu per satu. Seperti kata Bill Gates pembuat Window "You can do it bit by bit." Meski terkadang Aku selalu ingin cepat dan tepat. Allah mempunyai rencana lain untukku, yang membuatku lebih hebat dan dikenal.

Aku pintar dalam pelajaran, namun aku tak punya teman. Aku tidak bisa tertawa lepas dan mempunyai warna kehidupan yang mencolok seperti teman-teman yang lain. Mereka terkadang hanya membutuhkan Aku saat pelajaran, usai pelajaran mereka tidak tegur sapa lagi denganku. Aku hanya bisa sabar. Aku yakin yang terbaik dari dari Allah.

Suatu hari, ada seleksi siswa berprestasi di tingkat kabupaten. Aku terpilih menjadi wakil sekolahku. Belum dikirim pada hari seleksi siswa berprestasi, Aku sudah di-bully dengan teman-teman hampir satu sekolah. Aku dikatakan sombong, padahal sebenarnya Aku tidak berbuat apa-apa.

Saat dikirim pada seleski Siswa Berprestasi, Aku sendiri karena satu sekolah hanya mengirimkan satu siswa. Aku bersama guruku sampai di sana pagi dan sepi, padahal seharusnya pembukaan dimulai. Aku melihat seorang anak laki-laki sendirian di sana duduk termangu sambil memegang Buku Conversation. Aku tahu dia pasti sedang belajar untuk persiapan wawancara Bahasa Inggris. Karena jurinya adalah Guru Bahasa Inggris di SMA favorit.

Saat Aku melintas di depannya, dia melihatku. Saat Aku duduk dibangku yang jauh darinya, dia juga melihatku. Aku tidak menghiraukannya.

Pembukaan seleksi Siswa Berprestasi dibuka oleh pembawa acara yang dilanjutkan oleh pembukaan-pembukaan dari dinas pendidikan kabupaten, dinas pendidikan pronvisi, dan ditutup oleh lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh seluruh peserta seleksi Siswa Berprestasi dan para juri.

Saat tes tulis berlangsung, Aku duduk di sebelah anak laki-laki tadi, namun dia pindah. Setelah itu dilanjutkan dengan kesenian dan keterampilan, wawancara kepemimpinan, dan wawancara Bahasa Inggris. Alhamdulilah, Aku bisa semua. Pulangnya, Aku diberi uang saku oleh sekolah yang dititipkan kepada guru pendampingku, setelah itu Aku diajak makan siang dan diantar pulang.

Beberapa hari kemudian, pengumuman pun disampaikan. Aku juara 1 se-kabupaten. Alhamdulilah, Aku langsung sujud syukur mendengarkan hal itu. Aku akan dikirim ke Probolinggo untuk seleksi mewakili kabupaten.
Namun, dibalik kabar bahagia itu, bully-an teman-teman menjadi-jadi. Aku dibuat Menangis sampai air mataku kering. Aku tidak tahu mengapa mereka semua sangat membenciku.

Keesokan harinya, Aku mendengar sekolah akan merayakan ulang tahun, teman-teman Mulai menunjukkan aksinya dengan berpatisipasi dalam ulang tahun itu. Aku memikirkan yang akhirnya berbuah akal.

Ulang tahun sekolah berlangsung meriah, ada pertunjukkan dan bazar. Sekolah lain pun diundang untuk datang. Namun, yang ditunggu-tunggu adalah sebuah drama di atas panggung. Mengisahkan sebuah anak perempuan bernama May yang hidup disebuah Negeri Bayangan yang dipenuhi dengan bayangannya sendiri, dia tidak punya teman. Dalam bayangannya pun dia di-bully oleh bayangan wujudnya sangat jelek. Anak perempuan itu berusaha dengan kehidupan yang dihadapinya dengan baik dan akhirnya dia kembali sukses di dunia nyata.

Penonton meneteskan air matanya karena terharu. Usai drama itu, pembawa acara mengumumkan siapa orang dibalik layar yang menciptakan drama yang bagus itu. Orang dibalik layar itu adalah Aku, Lyana Berly. Pemain drama dan para penonton terkejut dan hatinya tersentuh. Mereka masih tidak percaya dan bersorak bully.

Namun, anak laki-laki yang Aku lihat pada seleksi siswa berprestasi itu naik ke panggung dan meyakinkan penonton bahwa Aku penciptanya dengan kata-katanya sendiri. Aku tidak percaya kalau laki-laki yang tidak Aku kenal membela Aku. Keyakinannya yang teguh membuat penonton percaya kalau Aku penciptanya. Usai itu, Aku mengucapkan terima kasih atas bantuan dari laki-laki itu. Dia berkata kalau dia bangga padaku.
"Aku bangga pada kamu Lyana, kamu kuat dan pintar. Kamu bertahan sama Mereka yang pembenci. Kamu pintar melakukan semua ini. " Kata dia

Kata-kata itu membuat Aku bergetar dan merasa lebih kuat dan pintar. Aku baru mendengarkan kata-kata itu dari seorang teman. "Jangan pernah sepelekan orang di belakang layar, mereka adalah orang-orang hebat yang tidak mau menunjukkan kehebatannya, namun melakukan dan membuktikan kehebatannya."

Karya: Mita Berliana

Penulis bisa dihubungi di alamat email: lyana.berly@yahoo.com
 
(Bagi Anda yang memiliki cerita pendek dan bersedia dipublikasikan, silakan kirim ke alamat email: news@okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar