Menulis merupakan hal yang sangat mudah. Namun, kebanyakan orang menganggap remeh hal tersebut. Dengan menulis kita dapat menuangkan gagasan dan mungkin dapat menjadi sebuah perubahan walaupun itu kecil.
Selasa, 29 April 2014
Rabu, 23 April 2014
Sebuah Periode Emas
Dilahirkan di sebuah keluarga kecil yang
sarat akan kesederhanaan membuat saya menjadi pribadi yang tidak menyukai
hal-hal mewah seperti kebanyakan orang. Tampil sederhana dan apa adanya
merupakan ciri khas dari sosok ini. Kehidupan indah masa kecil yang penuh kasih
dan sayang juga membentuk karakter saya sebagai sosok yang menghargai dan
peduli terhadap sesama. Keluarga saya termasuk keluarga yang mengedepankan
nilai-nilai sosial terutama nilai keagamaan. Semua hal yang beraroma religi selalu
diajarkan kepada saya, si Hitam Manis. Bahkan sebelum ia memasuki jenjang
Sekolah Dasar pun, si Hitam Manis sudah terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an, bukan Taman Kanak-kanak seperti kebanyakan
anak pada umumnya. Kurang lebih usia 4 atau 5 tahun, ia menjalani rutinitas
itu, yakni berangkat ke TPA tiap pagi, terkadang diantar oleh ibu maupun
saudara atau bahkan berangkat sendiri dengan jalan kaki pada saat itu. Selain
aktivitas itu, hal lain yang kerap dilakukan oleh sosok kecil itu ialah
mengikuti pengajian rutin pemuda kompleks tiap malam Jumat di kampungnya,
memang pada saat itu si Hitam Manis merupakan yang paling muda dari semua yang
mengikuti pengajian tersebut. Dan tak jarang juga ia tertidur di tengah-tengah acara.
Lucu memang, namun itulah yang terjadi pada saat itu.
Tetapi si Hitam Manis pun tidak
melupakan hal yang sewajarnya dilakukan oleh anak-anak pada umumnya, yakni
bermain. Sepulang dari TPA, kebiasaannya ialah menanggalkan tas dan seragamnya
di sembarang tempat lalu segera berganti baju dengan kaos dan celana pendek
favoritnya (biasanya berwarna biru atau cokelat) dan kemudian berlari menemui
teman-teman yang sedang asyik bermain di lapangan dekat rumah. Tentu itu
menjadi hal yang sangat menyenangkan baginya.
Faktor pokok pembentuk pribadi si Hitam
Manis ialah input sosialisasi yang diberikan oleh keluarganya, sosialisasi yang
diberikan tergolong unik, dan memang hal itu sangat berpengaruh terhadap
karakter dan kepribadiannya. Nilai-nilai yang sangat diterapkan antara lain
kedisiplinan dan kejujuran. Dari hal kecil seperti untuk makan sangat
diperhatikan oleh keluarganya. Hampir setiap hari ketika si Hitam Manis sedang
bermain, ibu ataupun saudaranya menghampiri untuk mengajaknya pulang dan segera
makan siang. Tak jarang jika sifat manjanya pada saat itu muncul, ibu memilih
untuk membawa makanan ke tempat di mana si Hitam Manis bermain dan menyuapinya
hingga ia merasa kenyang. Sungguh sosok ibu yang baik hati. Ketika waktu dzuhur
tiba, dengan sendiri maupun atas perintah ibunya, sosok kecil itu bergegas ke
musala yang sebenarnya berniat melakukan salat dzuhur, namun momen itu
dimanfaatkan si Hitam Manis untuk meminta mikrofon kepada muadzin seusai
melantunkan adzan, dengan maksud utnuk digunakannya sebagai pengeras suara
dalam melantunkan syair sholawat sembari menunggu imam datang. Sungguh hal yang
unik.
Tidak sekedar demikian, keluarga si
Hitam Manis merupakan salah satu keluarga yang selalu memberikan penghargaan
maupun hukuman kepadanya atas apa yang telah ia capai dan ia lakukan. Ketika si
Hitam Manis memasuki Sekolah Dasar misalnya, pada semester pertama ia berhasil
mendapatkan posisi pertama di kelasnya, nilai rapor yang sangat baik membuat
keluarganya bangga dan tidak segan untuk memberikan hadiah berupa paket alat
tulis, uang jajan, maupun kesempatan bertamasya di objek wisata yang ada di
daerahnya saat itu. Tidak hanya penghargaan saja, hukuman pun tidak segan
diberikan oleh keluarganya apabila ia melakukan hal yang melanggar aturan,
misalnya saja teguran yang begitu mengena ketika ia pulang bermain terlalu
sore, karena pada saat itu ia harus berangkat ke TPA lanjutan karena pagi
harinya ia belajar di sekolah formal. Atau bahkan ketika ia dengan sengaja
tidak berangkat ke TPA dan lebih memilih untuk bermain, maka jeweran kuping
kanan dan kiri akan diberikan kepadanya. Hal yang menyakitkan pada saat itu,
tapi itulah konsekuensi yang harus ia terima atas apa yang telah ia perbuat.
Pemaparan di atas merupakan sekelumit
kisah kehidupan sosok kecil yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang
penuh kasih sayang, sarat akan kedisiplinan dan mengedepankan aspek religi,
serta menjunjung tinggi nilai kejujuran. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku sosok itu. Dan dapat dimungkinkan sikap tersebut
dapat menjadi sikap dasar dari sosok itu. Dengan mengedepankan nilai-nilai
luhur yang ada di masyarakat, kita dapat terhindar dari masalah-masalah yang
timbul atas kecerobohan kita. Nilai agama juga sangat berperan, mengingat itu
adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dan tidak dipungkiri
bahwa tujuan akhir hidup kita adalah untuk bertemu Tuhan kita dan mempertanggungjawabkan
semua yang telah kita lakukan selama di dunia.
Hakekat Politik dalam Kehidupan Sehari-hari
Politik adalah salah satu ilmu yang
telah ditemukan sejak lama. Yang mana dalam politik itu tertera metode atau
cara untuk dapat meraih kekuasaan, maupun metode untuk mempengaruhi orang agar
berkenan mengikuti apa yang kita harapkan. Politik juga membahas mengenai
bagaimana pendekatan-pendekatan yang lazim dilakukan oleh seseorang untuk dapat
berbaur dan menjadi pusat perhatian khalayak. Dengan kata lain, politik
merupakan ilmu yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh ataupun
mempertahankan kekuasaan, dengan cara-cara yang sudah dijelaskan di dalam ilmu
tersebut. Sehingga seseorang atau kelompok dapat menjadi sebuah objek yang
memiliki peran tertentu.
Seperti disiplin ilmu pada umumnya, ilmu
politik juga memiliki berbagai fungsi pokok, yakni sebagai sarana komunikasi
politik, artikulasi kepentingan, dan lain sebagainya. Yang seyogyanya
fungsi-fungsi tersebut dapat dijalankan sebagaimana mestinya sesuai kode atau
rambu-rambu yang diberlakukan dalam penjalanan fungsi-fungsi tersebut. Karena
jika rambu-rambu tersebut tidak dihiraukan atau tidak diperhatikan, maka akan
menyebabkan suatu ketimpangan sosial dalam masyarakat yang sebenarnya
ketimpangan tersebut adalah hal yang terjadi karena sikap salah seorang atau kelompok
yang kurang bertanggungjawab dalam menjalankan fungsi-fungsi politik.
Politik dalam kehidupan masyarakat
memiliki banyak sekali manfaat, jika politik itu dijalankan sebagaimana
mestinya. Karena di dalam ilmu politik tersebut telah diajarkan mengenai
bagaimana cara untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, tentunya dengan
cara yang baik dan tidak menimbulkan paradigma negatif di dalam masyarakat.
Politik telah banyak memberikan jalan dan juga konsep-konsep yang sangat apik
untuk diterapkan oleh manusia dalam setiap langkah yang ditempuhnya untuk
meraih sebuah prestise dalam masyarakat dengan maksud dan itikad yang luhur.
Di Indonesia pada sekarang ini, politik
seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak yang kurang bertanggungjawab, mereka
memanfaatkan politik untuk kepentingan pribadi atau golongannya, yang mana hal
tersebut sangat berbanding terbalik dengan nilai-nilai pada dasar atau pedoman
Negara kita yakni Pancasila, yang di dalamnya memuat berbagai macam nilai
kehidupan yang semestinya, seperti mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi atau golongan. Selain itu juga banyak para elit politik di
Indonesia yang gemar melakukan aksi terselubung yang sangat keji yaitu
mengambil hak rakyatnya, dalam konteks ini adalah biaya-biaya yang seharusnya
digunakan untuk melancarkan atau mendukung program-program pemerintah yang
berkenaan dengan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut menyebabkan banyak sekali
warga Negara Indonesia yang sampai sekarang ini masih jauh dari kategori
“sejahtera” lantaran hak yang seharusnya mereka terima justru disalahgunakan
oleh pihak yang tidak bermoral itu. Tanpa disadari, hal buruk yang mereka
lakukan ialah sama dengan mencoba menyengsarakan rakyatnya sendiri, yang ada
dalam benak merka hanyalah kesenangan duniawi semata. Mereka sama sekali tidak
berprinsip dengan apa yang terdapat di dalam ilmu politik yang sesungguhnya.
Selain contoh besar di atas, politik
juga terdapat bahkan tertanam pada masyarakat pada lapisan terbawah sekalipun,
misalnya suatu kelas, baik itu jenjang sekolah maupun perguruan tinggi.
Terdapat persaingan yang ketat di dalam suatu kelas, yang mana setiap individu
berpacu dan memiliki ambisi untuk menjadi sosok yang unggul di dalam kelas
tersebut. Hal itu seyogyanya tidak dilakukan dengan cara-cara ekstrim seperti
menyontek saat mengerjakan ulangan, menjiplak pekerjaan orang lain, maupun
membuat karya dengan menyalin secara keseluruhan sumber dari pihak lain atau
yang sering disebut dengan plagiarisme, dimana hal itu merupakan suatu usaha
yang salah. Seorang pelajar maupun mahasiswa hendaknya melakukan usaha yang
sesuai dengan nilai-nilai sosial untuk meraih prestasi di kelas, dengan belajar
yang tekun, mengerjakan tugas dari guru atau dosen dengan baik, dan tidak
melakukan hal-hal lain yang dianggap sebagai sesuatu yang fatal.
Masih di lingkup dunia edukasi,
organisasi yang terdapat di dalam sebuah instansi pendidikan itu sebenarnya
sarat akan politik, dimana seseorang yang ingin menjadi atau menduduki posisi
tertentu dalam sebuah struktur organisasi tersebut pasti melakukan metode
politik, baik secara disadari maupun tidak. Seseorang yang ingin menjadi
pemimpin misalnya, ia harus memberi bukti konkrit atas kinerja selama
berkecimpung di dalam organisasinya, agar mendapat kepercayaan yang lebih dari
para anggota yang tergabung dalam organisasi tersebut. Selain itu, calon
pemimpin juga harus melakukan pendekatan kepada semua elemen instansi
pendidikan tersebut agar pada saat diadakan kegiatan pengambilan suara nanti
bisa memperoleh suara lebih dari pada calon lainnya. Tentunya semua itu
dilakukan sesuai prosedur yang tercantum.
Kemudian, arti politik yang sesungguhnya
dalam kehiduoan bermasyarakat menurut saya ialah sikap kita dalam menjalani
kehidupan ini, sikap dimana individu dapat memposisikan dirinya pada berbagai
macam keadaan, dengan asumsi agar tercipta kerukunan di dalam masyarakat. Tidak
hanya berbuat baik apabila kita sedang mencari perhatian kepada orang lain
dalam sebuah kompetisi saja, tetapi berbuat baik setiap waktu di semua kondisi.
Dengan hal itu, tentu kita bisa lebih mudah dalam menjalani berbagai aktivitas,
terutama pada saat kita berada dalam sebuah ring kompetisi yang membutuhkan
dukungan orang banyak. Sebuah kemenangan atau keberhasilan akan lebih mudah
kita raih jika kita telah mendapatkan kepercayaan maupun respon positif dari
orang lain.
Dalam dunia politik juga diajarkan
tentang etika poltik, dimana seseorang yang sedang berpolitik itu harus
memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku di dalam ilmu perpolitikan. Misalnya,
dalam sebuah pemilihan calon legislatif anggota DPRD Provinsi, seorang calon
tidak boleh berkampanye melebihi batas-batas aturan yang dibuat oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) dan atas rekomendasi dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Selain itu juga seorang calon tidak diperkenankan menjatuhkan nama calon lain
dengan cara apapun yang dapat mencoreng dan merendahkan nama calon tersebut
dengan tujuan agar saingannya itu dapat dengan mudah dikalahkan karena kesan
buruk masyarakat terhadap calon itu. Hal tersebut sangat ditentang dalam aturan
main sebuah pemilihan umum.
Begitu juga pada masyarakat pada
umumnya, kita sebagai masyarakat yang baik tentu tidak boleh berperilaku atau
bersikap rasis terhadap setiap komunikasi politik yang dilakukan oleh calon
legislatif yang sedang menyampaikan maksud dan tujuan ia mencalonkan diri bakal
wakil rakyat. Masyarakat diharapkan
dapat mencermati setiap kata yang keluar dari mulut calon tersebut,
mengolah serta menganalisisnya. Selain itu juga kita dihimbau untuk menelusuri
rekam jejak si calon dari berbagai aspek, sehingga kita dapat menyimpulkan
terkait dengan siapa yang akan kita pilih dan dianggap layak untuk menjadi
wakil kita di tingkat provinsi atau bahkan di kancah nasional selama satu
periode.
Dari pemaparan di atas, kita dapat
mengambil intisari dari semua itu, kita sebagai makhluk sosial yang berbudi
pekerti luhur, tentunya dapat bersikap secara arif bijaksana dalam setiap
tindakan kita, termasuk dalam berpolitik. Jangan sampai kita membuat masalah,
baik ringan maupun berat kepada orang lain (individu atau kelompok), sehingga
masyarakat terhindar dari konflik yang disebabkan atas kesewenang-wenangan
salah satu pihak. Kita jadikan politik sebagai alat untuk meraih keuksesan yang
hakiki, yang akan membawa kita kepada kebahagiaan yang sesungguhnya, bahagia
yang kekal, tidak terganjal oleh suatu hal yang disebabkan oleh keteledoran
pada masa lampau saat berpolitik dalam lingkungan. Politik bukanlah sesuatu
yang kotor, politik ibarat sebuah pohon kelapa, yang semua bagiannya dapat
dimanfaatkan dan dapat bermanfaat, selagi benar dalam menggunakannya.
Politik yang Mulia, Politik yang Semestinya
Dalam kehidupan bernegara, tentunya kita
mengenal apa yang dinamakan dengan politik. Politik digunakan oleh seseorang
untuk meraih maupun mempertahankan sebuah kekuasaan. Tidak hanya di lingkup
Negara, dalam masyarakat umum pun politik seringkali digunakan, meskipun
aplikasinya tidak begitu disadari oleh kebanyakan orang.
Menjalankan sebuah roda perpolitikan
sangat dianjurkan dengan menggunakan metode atau langkah-langkah yang sesuai
dengan nilai-nilai sosial. Seseorang maupun kelompok tidak boleh melakukan hal
dengan sewenang-wenang. Dengan kata lain, berpolitik itu harus memperhatikan
aturan yang berlaku di dalamnya. Dengan hal itu tentunya tidak akan menimbulkan
sesuatu yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh, ketika berlangsungnya
sebuah atau salahsatu fungsi politik yaitu fungsi Rekruitmen Politik, dimana
fungsi tersebut berisikan hal-hal yang terkait dengan proses penjaringan
anggota-anggota dalam sebuah struktur politik. Dalam hal ini, para calon yang
akan bersaing di dalamnya harus melewati berbagai tahap, mungkin salah satunya
ialah uji kualitas dari masing-masing calon (kompetitor politik). Hal yang umum
ialah mengenai pendidikan, banyak kasus yang terjadi di dalam sebuah proses
rekruitmen politik, yakni pemalsuan ijazah oleh calon-calon yang tidak
bertanggungjawab. Hal tersebut tentu sangat merugikan berbagai pihak. Seseorang
yang sebenarnya tidak menempuh salah satu disiplin ilmu justru menamakan
dirinya sebagai lulusan pada disiplin ilmu tersebut. Atau bahkan seseorang yang
sebenarnya tidak menempuh suatu jenjang tertentu justru memposisikan diri dan
mencetuskan secara tidak legal bahwa ia telah lulus pada jenjang pendidikan
tersebut. Hal ini tentu akan berdampak terhadap kelangsungan kehidupan suatu
oraganisasi, baik pada jangka pendek maupun jangka panjang.
Contoh diatas mencerminkan betapa tidak
pantasnya sebuah langkah dalam berpolitik di Negara ini. Hal tersebut harus
diminimalisasi agar tidak selalu menimbulkan kejanggalan dalam dunia politik
skala regional maupun nasional. Pencegahan itu tentu dimulai oleh setiap
individu yang akan atau sedang berkecimpung dalam dunia politik. Cara yang
paling mendasar misalnya dengan menerapkan nilai-nilai luhur yang sudah
(sebenarnya) mendarah daging di masyarakat Indonesia. Dengan cara itu,
seseorang atau kelompok tentunya dapat mengetahui batasan-batasan yang berlaku
pada saat berpolitik, atau yang kita kenal sebagai sebuah Etika Politik. Selain
usaha tersebut, hal lain yang hendaknya dilakukan oleh panitia penyeleksi
rekruitmen ialah lebih mencermati dokumen-dokumen yang telah diserahkan oleh
para calon, diamati dan dianalisa apkah data-data yang diberikan terbukti benar
dan memenuhi validitas sebagai sebuah dokumen yang sah serta dapat dibuktikan
kredibilitasnya. Usaha-usaha tersebut dapat berdampak positif bagi kondisi
perpolitkan dan kondisi Negara, terutama
di Indonesia, yang pada masa sekarang telah memiliki citra yang kurang
baik akbiat ulah para elit yang minim budi pekerti luhur.
Minggu, 13 April 2014
KEBIASAAN . . . .
KEBIASAAN merupakan sesuatu yang sering dilakukan
oleh seseorang, baik secara rutin maupun tidak, disadari ataupun tidak
disadari, disengaja atau tidak disengaja. Kebiasaan tentu dimiliki oleh semua
orang, baik itu kebiasaan yang bersifat positif maupun negatif. Atau bahkan
kebiasaan yang dapat menguntungkan diri sendiri dan juga orang lain, seperti
kebiasaan berbuat baik, kebiasaan berbagi, dan lain sebagainya. Ada juga
kebiasaan yang menguntungkan diri sendiri tetapi merugikan orang lain, misalnya
kebiasaan berbuat jahil. Kita akan merasa senang sekaligus gembira jika
berhasil melakukan suatu tindakan konyol kepada orang lain yang membuatnya
kesal. Namun di sisi lain, hal tersebut sangat tidak disukai oleh seseorang
yang menjadi objek kejahilan kita.
Dalam ulasan kali ini, saya ingin sedikit bercerita,
seperti kebanyakan orang, saya pun memiliki banyak kebiasaan. Salah satu
kebiasaan yang paling saya amati adalah kebiasaan saya memainkan handphone
dengan maksud untuk sekedar melihat kotak masuk. Hal tersebut merupakan suatu
keanehan tersendiri bagi saya. Walaupun tanpa disadari dan tanpa dsengaja saya
kerapkali melakukan hal itu, kapanpun dimanapun ketika handphone tersebut dapat
saya jangkau, meskipun handphone itu tidak berdering sama sekali, tidak ada
tanda-tanda khusus bahwa sebuah pesan telah diterima oleh handphone saya. Entah
mengapa hal demikian dapat terjadi. Oleh sebab itu, saya berusaha melakukan
sesuatu yang dapat meminimalkan kebiasaan saya tersebut, misalnya dengan cara
menjauhkan handphone jika memang saya sedang ada kepentingan yang mengharuskan
saya untuk fokus terhadap kepentingan itu, atau bahkan mematikannya apabila
saya sedang mengerjakan tugas yang bersifat mendesak.
Itulah cerita tentang salah satu kebiasaan saya.
Tentunya semua orang di dunia ini juga memilikinya. Maka dari itu, hal yang
paling penting untuk diperhatikan ialah bagaimana cara kita untuk mengontrol
kebiasaan tersebut. Kebiasaan yang baik dapat kita kembangkan supaya dapat
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Sebaliknya, kebiasaan buruk dapat kita minimalkan agar kita terhindar dari
masalah-masalah yang muncul, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain
akibat kebiasaan buruk itu.
Langganan:
Postingan (Atom)