Dilahirkan di sebuah keluarga kecil yang
sarat akan kesederhanaan membuat saya menjadi pribadi yang tidak menyukai
hal-hal mewah seperti kebanyakan orang. Tampil sederhana dan apa adanya
merupakan ciri khas dari sosok ini. Kehidupan indah masa kecil yang penuh kasih
dan sayang juga membentuk karakter saya sebagai sosok yang menghargai dan
peduli terhadap sesama. Keluarga saya termasuk keluarga yang mengedepankan
nilai-nilai sosial terutama nilai keagamaan. Semua hal yang beraroma religi selalu
diajarkan kepada saya, si Hitam Manis. Bahkan sebelum ia memasuki jenjang
Sekolah Dasar pun, si Hitam Manis sudah terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an, bukan Taman Kanak-kanak seperti kebanyakan
anak pada umumnya. Kurang lebih usia 4 atau 5 tahun, ia menjalani rutinitas
itu, yakni berangkat ke TPA tiap pagi, terkadang diantar oleh ibu maupun
saudara atau bahkan berangkat sendiri dengan jalan kaki pada saat itu. Selain
aktivitas itu, hal lain yang kerap dilakukan oleh sosok kecil itu ialah
mengikuti pengajian rutin pemuda kompleks tiap malam Jumat di kampungnya,
memang pada saat itu si Hitam Manis merupakan yang paling muda dari semua yang
mengikuti pengajian tersebut. Dan tak jarang juga ia tertidur di tengah-tengah acara.
Lucu memang, namun itulah yang terjadi pada saat itu.
Tetapi si Hitam Manis pun tidak
melupakan hal yang sewajarnya dilakukan oleh anak-anak pada umumnya, yakni
bermain. Sepulang dari TPA, kebiasaannya ialah menanggalkan tas dan seragamnya
di sembarang tempat lalu segera berganti baju dengan kaos dan celana pendek
favoritnya (biasanya berwarna biru atau cokelat) dan kemudian berlari menemui
teman-teman yang sedang asyik bermain di lapangan dekat rumah. Tentu itu
menjadi hal yang sangat menyenangkan baginya.
Faktor pokok pembentuk pribadi si Hitam
Manis ialah input sosialisasi yang diberikan oleh keluarganya, sosialisasi yang
diberikan tergolong unik, dan memang hal itu sangat berpengaruh terhadap
karakter dan kepribadiannya. Nilai-nilai yang sangat diterapkan antara lain
kedisiplinan dan kejujuran. Dari hal kecil seperti untuk makan sangat
diperhatikan oleh keluarganya. Hampir setiap hari ketika si Hitam Manis sedang
bermain, ibu ataupun saudaranya menghampiri untuk mengajaknya pulang dan segera
makan siang. Tak jarang jika sifat manjanya pada saat itu muncul, ibu memilih
untuk membawa makanan ke tempat di mana si Hitam Manis bermain dan menyuapinya
hingga ia merasa kenyang. Sungguh sosok ibu yang baik hati. Ketika waktu dzuhur
tiba, dengan sendiri maupun atas perintah ibunya, sosok kecil itu bergegas ke
musala yang sebenarnya berniat melakukan salat dzuhur, namun momen itu
dimanfaatkan si Hitam Manis untuk meminta mikrofon kepada muadzin seusai
melantunkan adzan, dengan maksud utnuk digunakannya sebagai pengeras suara
dalam melantunkan syair sholawat sembari menunggu imam datang. Sungguh hal yang
unik.
Tidak sekedar demikian, keluarga si
Hitam Manis merupakan salah satu keluarga yang selalu memberikan penghargaan
maupun hukuman kepadanya atas apa yang telah ia capai dan ia lakukan. Ketika si
Hitam Manis memasuki Sekolah Dasar misalnya, pada semester pertama ia berhasil
mendapatkan posisi pertama di kelasnya, nilai rapor yang sangat baik membuat
keluarganya bangga dan tidak segan untuk memberikan hadiah berupa paket alat
tulis, uang jajan, maupun kesempatan bertamasya di objek wisata yang ada di
daerahnya saat itu. Tidak hanya penghargaan saja, hukuman pun tidak segan
diberikan oleh keluarganya apabila ia melakukan hal yang melanggar aturan,
misalnya saja teguran yang begitu mengena ketika ia pulang bermain terlalu
sore, karena pada saat itu ia harus berangkat ke TPA lanjutan karena pagi
harinya ia belajar di sekolah formal. Atau bahkan ketika ia dengan sengaja
tidak berangkat ke TPA dan lebih memilih untuk bermain, maka jeweran kuping
kanan dan kiri akan diberikan kepadanya. Hal yang menyakitkan pada saat itu,
tapi itulah konsekuensi yang harus ia terima atas apa yang telah ia perbuat.
Pemaparan di atas merupakan sekelumit
kisah kehidupan sosok kecil yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang
penuh kasih sayang, sarat akan kedisiplinan dan mengedepankan aspek religi,
serta menjunjung tinggi nilai kejujuran. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku sosok itu. Dan dapat dimungkinkan sikap tersebut
dapat menjadi sikap dasar dari sosok itu. Dengan mengedepankan nilai-nilai
luhur yang ada di masyarakat, kita dapat terhindar dari masalah-masalah yang
timbul atas kecerobohan kita. Nilai agama juga sangat berperan, mengingat itu
adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dan tidak dipungkiri
bahwa tujuan akhir hidup kita adalah untuk bertemu Tuhan kita dan mempertanggungjawabkan
semua yang telah kita lakukan selama di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar