Rabu, 19 Maret 2014

Suka Duka Kita Jalani Bersama


            Manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu, ia tak dapat hidup jika tanpa bantuan orang lain. Tak dapat dipungkiri, kita semua harus menyadari hal itu. Begitu juga dengan remaja-remaja di dunia ini, mereka tak akan mampu menjalani kehidupan ini dengan sempurna tanpa adanya komunikasi timbal balik yang baik dengan temannya. Teman/sahabat merupakan sosok-sosok pelengkap hidup kita di selain waktu bersama keluarga kita di rumah. Teman juga dapat dijadikan sebagai tempat mencurahkan keluh dan kesah kita.
            Namun tak dapat dielakkan, memilih teman merupakan suatu proses yang tak sulit dan juga tak mudah. Seseorang akan sedikit demi sedikit meniru sikap sikap yang ditimbulkan oleh pergaulannya. Seperti menurut sebuah perumpamaan, bahwa apabila seseorang berteman dengan penjual parfum, maka ia akan menjadi wangi, begitu juga dengan seseorang yang berteman dengan pemasok ikan, maka bau ikanlah yang akan mengubah aroma pada dirinya.
            Teringat dua tahun lalu, ketika saya berkecimpung di dalam organisasi (namun sering kebanyakan orang menyebutknya sebagai ekskul biasa), saya menemukan sosok-sosok inspiratif di dalam organisasi tersebut. Mereka merupakan teman sejawat yang telah menjadi rekan kerja di dalam organisasi itu. Mereka merupakan siswa-siswi (pada saat itu) yang memiliki kesadaran tinggi atas sebuah organisasi. Kami sering kali mengalami hal-hal pahit selama itu, banyak sekali rintangan dan permasalahan yang muncul, baik itu masalah yang timbul dari kami sendiri maupun hal-hal yang datang dari pihak eksternal. Terkadang juga terjadi masalah antar individu yang satu dengan yang lainnya. Namun tidak selamanya kami mengalami ketimpangan-ketimpangan tersebut. Layaknya sebuah roda yang berputar, kehidupan kami pun banyak atau bahkan sering dilalui dengan keceriaan dan kebahagiaan. Kebahagiaan kami yang paling sederhana antara lain setiap suksesnya acara-acara yang telah kami rancang dan kami programkan bahkan berbulan-bulan lamanya. Kebahagiaan lain yang umum di dalam kehidupan remaja juga kami rasakan seperti halnya cinta lokasi dan lain sebagainya. Semuanya kami lewati dengan penuh lika-liku. Tetapi rasa memiliki satu sama lain lah yang membuat beban-beban itu menjadi sirna.
            Bahkan sampai saat ini, setelah kami memasuki jenjang yang lebih tinggi, dan kebanyakan dari kami menempuhnya di luar kota, kami selalu menyempatkan untuk mengadakan acara-acara sederhana yang dapat memperkokoh hubungan, setiap kali kita pulang kampung. Hal itu dapat terjadi lantaran pengalaman selama kurun waktu dua tahun yang menjadikan kami pribadi-pribadi yang kuat, pribadi yang mencoba tersenyum dalam setiap keterpurukan, selalu tenang dalam kerisauan yang melanda. Dan kami mencoba menjaga komitmen untuk menjadi sebuah benteng sejarah yang amat kokoh, yang terbangun dari tumpukan-tumpukan batu, dan setiap bongkah batu tersebut adalah individu-individu dari kami. Kami yang menamakan diri sebagai keluarga. Keluarga yang tak selalu bertemu setiap detik namun selalu ada di hati sanubari setiap saat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar